Penulis: Almunauwar Bin Rusli
Krisis daya intelektual merupakan penyakit yang selalu timbul tenggelam. Apalagi sekarang, atmosfer pengajaran lebih besar daripada penelitian. Indikasinya adalah diterapkan fakta integritas dalam LKD yang membatasi beban kerja dosen maksimal 16 SKS, tetapi sistem LKD sendiri mengalami inkonsisten karena ada opsi beban lebih. Beban itu terbukti menguras stamina ketika masuk ke ruang kelas. Akibat menderita overdosis, maka dosen terjebak kepada pola pikir pengulangan bukan penemuan, baik dari dimensi filosofis, pendekatan maupun kelembagaan. Akhirnya, mahasiswa merasa kesal dan diam-diam melakukan diaspora intelektual lewat jalur mandiri. Tapi sayang, usaha ini pun mengalami kendala pada kebijakan institusi.
Visiting students adalah gerakan alternatif dalam rangka memfasilitasi diaspora intelektual mahasiswa IAIN Manado ke ranah publik. Kerangka dasarnya adalah menciptakan iklim kondusif agar mahasiswa melakukan tindakan kreatif dan inovatif untuk menjalankan peran serta fungsinya sebagai pelaku utama penelitian yang kompetitif, kooperatif, kolaboratif dan metodologis.
Visiting students perlu diprogramkan di IAIN Manado melalui lima mekanisme. Pertama, rektor membangun jaringan dengan PTAIN/PTAIS di Indonesia lalu menetapkan regulasi anggaran setiap tahun terkait program visiting students. Kedua, setiap fakultas berhak mengadakan seleksi objektif bagi mahasiswanya yang ingin mengikuti program tersebut. Ketiga, visiting students mempelajari bagaimana tradisi pendidikan, penelitian dan pengabdian di kampus yang mereka kunjungi berdasarkan latarbelakang keilmuan. Keempat, setiap alumni dari visiting students wajib mempresentasikan hasil studinya dalam bentuk paper ilmiah saat seminar. Kelima, perlu didirikan Pusat Riset Mahasiswa dengan mengedepankan sisi novelty (kebaruan), shocking result (hasil kreatif) dan changing paradigm (perubahan paradigma).
Inilah lima mekanisme strategis terkait program visiting students yang merupakan terobosan baru untuk menumbuhkan atmosfer kampus berkemajuan sebagai implikasi dari diaspora intelektual mahasiswa. Diaspora ini memodifikasi mental mahasiswa dari dogmatik-apologetik ke arah praktikal-empiris berbasis relasional dan teritorial. Sehingga, ke depan IAIN Manado dapat bertransformasi sebagai ‘industri otak’ yang senantiasa merespons dengan cepat kebutuhan-kebutuhan masyarakat beragama di Sulawesi Utara.
Alamat email penulis: almunauwar_b.rusli at yahoo dot com