Penulis: Taufani
Wapres RI Jusuf Kalla (JK) berkunjung ke IAIN Manado (23/4/2017) dalam rangka memberikan Kuliah Umum. Kuliah umum tersebut dimulai pada pukul 16.00 WITA. Kuliah umum tersebut dibuka dengan lantunan ayat suci surat Al-Alaq ayat1-5 oleh qori internasional, Rahmawati Hunawa yang juga merupakan dosen pada Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Manado.
Rektor IAIN Manado, Dr. Rukmina Gonibala, M.Si. dalam sambutannya menyampaikan rasa haru dan bahagianya atas kunjungan Wapres di IAIN Manado. “Ini adalah kunjungan wapres pertama kali sepanjang berdirinya IAIN Manado, ” demikian kata Ibu Rektor IAIN Manado.
Dalam Kuliah Umumnya yang bertema “Peran Perguruan Tinggi Keagamaan Islam dalam Memelihara Nilai-Nilai Kebinekaan,” JK membuka kuliah umumnya dengan pernyataan, “Kita semua harus mampu membedakan antara museum dan universitas.” Museum selalu melihat ke belakang, sedangkan kampus harus selalu melihat ke depan. Kampus harus senantiasa menjadi tempat yang mampu menjawab tantangan-tantangan ke depan. Lanjut JK, kampus harus senantiasa berusaha meningkatkan kualitasnya di berbagai lini. Ketika kampus memiliki kualitas, maka nama dan citranya dengan sendirinya akan terdongkrak.
JK memuji Sulawesi Utara (Sulut) sebagai daerah percontohan toleransi. Sulut dianggap mampu melewati masa-masa kelam beberapa tahun silam di mana Sulut sulit tersulut konflik ketika daerah sekitarnya terlibat dalam konflik. JK berpesan bahwa umat beragama di Sulut harus senantiasa menggalakkan dialog untuk mencari persamaan dan menyikapi perbedaan dengan bijak.
JK berpesan pada umat Islam di Sulut agar tidak terperangkap dalam romantisme masa lalu yang terlalu membangga-banggakan kejayaan tokoh-tokoh Muslim seperti Ibnu Sina, Al Khawarizmi, dll. Yang harus dilakukan adalah berkaca pada masa lalu sembari memikirkan bagaimana cara untuk mencetak Ibnu Sina dan Al Khawarizmi baru agar dapat menjawab tantangan kemodernan. Menurut JK, Islam adalah agama yang senafas dengan kemodernan.
Lanjut JK, Islam Indonesia adalah Islam wasathiyah atau Islam jalan tengah. Islam Indonesia adalah islam yang khas secara sosio-kultural yang berbeda dengan praksis Islam di Timur Tengah yang penuh dengan konflik.
Satu hal yang menarik dalam kuliahnya, JK menyatakan bahwa di mana ditemui kekayaan minyak, maka disitu ada azan. Negara-negara yang kaya minyak umumnya adalah negara-negara berpenduduk Muslim. Sayangnya, negara-negara kaya minyak itu selalu terperangkap dalam konflik dan salah satu pemicunya adalah karena adanya perbedaan pandangan, semisal Sunni dan Syiah.
Di akhir kuliahnya, JK menegaskan bahwa Tanah Arab yang dihuni sekitar 350 juta penduduk di mana agama, bahasa dan adat istiadatnya cenderung sama, namun ia terpecah menjadi banyak negara dan saat ini sedang berkecamuk dalam peperangan, sedangkan Indonesia yang berpenduduk 200 juta lebih dan terdiri dari ratusan bahasa, beragama agama, dan adat istiadat bersyukur masih masih dapat terjaga dengan baik. Islam wasathiyah adalah modal sosial yang harus selalu dijaga oleh umat Islam di negeri ini agar kebhinekaan dapat terjaga dan terpelihara dengan baik.
* Taufani, Dosen IAIN Manado dari Pusat Studi Masyarakat Muslim di MINAHASA (PS3M), email: taufani@iain-manado.ac.id